Salah satu jenis ikan hias yang mempunyai keunikan ikan tersendiri dibandingkan ikan hias lainnya yaitu ikan cupang petarung atau disebut (Betta splendens). Keunikan yang dimaksud merupakan kegemarannya bertarung dengan sesama jenisnya, maupun dengan jenis lain namun masih dalam satu suku. Ikan cupang petarung memiliki daya agresifitas yang sangat tinggi sehingga sangat tidak dianjurkan untuk menempatkan atau memelihara ikan ini dalam satu wadah (Gumilang, 2016). Hal ini dimaksudkan agar dapat menghindari perkelahian antar sesama individu. Salah satu ikan hias yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah ikan cupang, Sunari (2008) menyatakan bahwa ikan cupang jantan sebagai ikan aduan atau ikan laga sudah dikenal sejak lama. Cupang aduan merupakan ikan yang unggul ikan ini memiliki sirip ekor pendek dan dapat dihasilkan dari usaha budidaya. Manfaat ikan hias di Indonesia sangat berpengaruh terhadap perekonomian bangsa Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu Negara yang dapat mengekspor ikan ikan hias di dunia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan masih berupaya mendorong produksi perikanan yang tergolong ikan hias asal Indonesia dapat memenuhi pasar ikan hias dunia dengan memfasilitasi para pembudidayanya, Sucipto (2012). Ikan cupang petarung mempunyai berbagai corak dan pola warna yang unik, salah satu yang menjadi ciri khas keindahan cupang petarung adalah saat memamerkan ekornya Agus (2012). Bentuk ekor cupang sangat beragam, dimana ada yang menyerupai setengah bulan sabit (halfmoon), adapula yang membulat (rounded tail), mahkota (crown tail), dan slayer, Rachmawati (2016) oleh karena keindahannya maka harga ikan cupang sangat fantastis yaitu bisa mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah yang tergantung dengan kualitas dari ikan tersebut. Perkembangan ikan cupang dimulai setelah telur dibuahi oleh inti spermatozoon yang semua haploid, menjadi inti zigot yang diploid. Zigot inilah yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelahan segmentasi melalui proses mitosis yang cepat. Zigot yang tersegmen menjadi bagian yang kecil bermula dari satu sel kemudian membelah menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, hingga 32 sel yang disebut fase morula (Liu, dkk., 2001).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan kali ini yaitu akuarium 2 buah dan baskom. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu plastik sebagai tempat menempelnya buih-buih ikan jantan, metilenblue, dan pakan alami berupa jentik nyamuk dan cacing darah beku.
Cara Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Wadah induk ikan cupang disiapkan menggunakan akuarium.
2. Kemudian induk jantan dan induk betina dimasukan ke dalam masing-masing akuarium yang berbeda.
3. Agar ikan jantan dan betina dapat tertarik satu sama lainnya maka dilakukan pemeliharaan selama kurang lebih 1 minggu dengan diberi pakan alami berupa jentik nyamuk dan cacing darah beku.
4. Setelah itu, ikan jantan dimasukan ke dalam baskom sebagai tempat pemijahan.
5. Ditunggu beberapa hari hingga ikan jantan menghasilkan buih-buih pada permukaan air sebagai tempat menempelnya telur-telur ikan yang telah dibuahi,
6. Setelah itu ikan betina dimasukan ke dalam baskom.
7. Pemijahan ditandai dengan dengan adanya telur-telur yang menempel pada substrat.
8. Setelah terdapat telur ikan, induk betina dipisahkan ke dalam wadah yang terpisah.
9. Ditunggu beberapa hari sampai telur menetas.
10. Setelah telur menetas kemudian larva ikan ikan masih terdapat kuning telur sehingga tidak perlu diberi pakan
11. Setelah 3 hari kuning telur tersebut akan habis kemudian dilakukan pemeliharaan dengan diberi pakan menggunakan cacing sutra yang dihaluskan.
12. Setelah beberapa minggu dilakukan sampling larva ikan dengan menghitung jumlah larva yang hidup selama proses pemeliharaan.
Berikut adalah pengaplikasian cara budidaya ikan cupang dengan mudah:
0 Comments